MAKALAH PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN



Kata pengantar

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini saya membahas “Perkembangan Muhammadiyah di Lamongan”,
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang perkembangan Muhammadiyah di Lamongan agar Muhammadiyah tidak punah dalam kehidupan dan sekaligus menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Kemuhammadiyaan”

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat



Lamongan, 20 MEI 2010
Penyusun’



 penulis


















DAFTAR ISI
Kata pengantar 2
Daftar isi 3
BAB I
Pendahuluan 4
Maksud dan tujuan 4
Manfaat 4
BAB II
Isi 5
Perkembangan muhammadiyah 5
BAB III
Kesimpulan 8

DAFTAR PUSTAKA 9

















BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Muhammadiyah mulai masuk di daerah Lamongan sekitar pada tahun 1926 M yang dibawa oleh H. Sa’dullah tepatnya di Desa Blimbing Kecamatan Paciran. Beliau dibantu juga oleh seorang wanita Islam yang bernama Zainab atau lebih dikenal dengan sebutan “Siti Lambah”. Mereka berdualah yang banyak memperjuangkan Muhammadiyah di wilayah sekitarnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya Muhammadiyah tengah juga mengalami degradasi generasi yang diakibatkan para tokoh-tokohnya banyak yang masuk pada partai Masyumi pada waktu itu, bahkan aktivitasnya pun terkadang sering terbengkalai bahkan nyaris lenyap dari aktivitasnya.
Setelah partai Masyumi bubar dari partai politik, para tokoh Muhammadiyah mulai kembali pada organisasi semula dan timbul greget untuk memikirkan gerakan keagamaan yang lebih efektif dan efisien. Berbagai lontaran pendapatpun mulai muncul dan gagasan yang konstruktif pada waktu itu adalah membentuk majelis Hikmah yang diketuai oleh Muhammad Yasin. Majelis ini didirikan bertujuan sebagai wadah yang mampu menampung para aktivis Muhammadiyah yang frustasi dari Masyumi tersebut, dan sekaligus sebagai wahana dakwah untuk melangsungkan gerakan dan cita-cita persyarikatan Muhammadiyah.

2. Maksud dan tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maksud dan tujuannya adalah agar muhammadiyah lebih berkembang pesat dan takkan terkjikis oleh berjalannya waktu

3. Manfaat
Mendorong kita agar menciptakan ide2 untuk memperluas jaringan kemuhammadiyaan agar tidak tersingkir dari kehidupan masyarakat


BAB II
ISI
a. Perkembangan muhammadiyah
Perkembangan Muhammadiyah dari tahun ketahun mengalami suatu perubahan yang sangat signifikan sampai Periode K.H. Abdul Fatah (1990-1995)
Periode ini banyak ditandai dengan perubahan dan penambahan struktur pimpinan organisasi, serta kebijakan-kebijakan manajemen. Struktur pimpinan periode ini terdiri dari ketua dan dua orang wakil ketua, sekretaris dan wakilnya, bendahara dan wakilnya, dan tiga anggota pimpinan yang masing-masing mengkoordinasi beberapa majlis, antara lain, pertama, angota merangkap Koordinator Majlis Dikdasmen, Pembina Kesehatan, Kebudayaan, dan Pustaka. Kedua, angota merangkap kordinator Majlis Tarjih, Tabligh, dan Wakaf/Kehartabendaan. Ketiga, anggota merangkap Koordinator Majlis Pembina Ekonomi, Pembina Kesejahteraan Sosial, BPK, dan LPPK. Setiap majlis sendiri dibentuk kepengurusan, terdiri dari ketua dan wakilnya, sekretaris, dan anggota majlis. Mengenai susunan pengurus PD Muhammadiyah Lamongan dapat dilihat pada lampiran.
Musyawarah daerah dalam memilih pengurus untuk periode ini yang diselenggarakan pada tanggal 28-29 September 1991 di Babat, sebetulnya tetap mengusulkan KH. Abdurrahman Syamsuri menjadi ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah, akan tetapi usulan itu ditolak oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, karena adanya rangkap jabatan, yaitu masuknya KH. Abdurrahman Syamsuri sebagai anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Oleh karenanya Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan Abdul Fatah untuk menggantikan posisi KH. Abdurrahman Syamsuri sebagai ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan. Seperti kebiasaan sebelumnya, ketua terpilih kemudian mengadakan rapat pleno pada tanggal 12 dan 26 Januari 1992 untuk melengkapi susunan pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah periode 1990-1995.
Berbeda dengan periode KH. Abdurrahman Syamsuri yang sering mengadakan rasionalisasi pimpinan sebagai upaya pengaktifan, dikarenakan pengunduran diri para pengurus, namun pada periode ini tercatat hanya terjadi sekali dalam jajaran Pimpinan Daerah, yaitu digantikannya Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan yang juga ketua II Pimpinan Daerah Muhammadiyah (dr. Faishol Ama, M. Sc.). Untuk kedudukannya sebagai direktur digantikan oleh dr. H.M. Thohir, M.Sc., sedangkan ketua II digantikan oleh K.H. Afnan Anshari, tercatat mulai tanggal 29 November 1992.
Dalam aspek manajemen, ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam periode K.H. Abdul Fatah, antara lain :

a. Memindahkan sekretariat PD Muhammadiyah yang semula bertempat di Jl. K.H. Ahmad Dahlan no 122 ke Jl. Lamongrejo no. 109-111 Lamongan

Sejak tanggal 1 Juli 1992, sekaligus sebagai kantor bersama Muhammadiyah beserta ortom-ortomnya. Sekaligus mengangkat tenaga eksekutif.

b. Penertiban administrasi Muhammadiyah dan ortom-ortomnya sebagai tindak lanjut dari rintisan periode sebelumnya. Bahkan dalam periode ini berhasil

membendel surat-surat PD Muhammadiyah, baik surat keluar maupun masuk, kemudian menyusunnya secara rapi dalam almari kantor.

c. Membentuk cabang-cabang baru, akibat dari perubahan administrasi pemerintah Kabupaten Lamongan (yaitu terbentuknya tiga kecamatan baru,

antara lain Pucuk, Bluluk, dan Solokuro, yang masing-masing sebelumnya mengikuti Kecamatan Sukodadi, Sukorame, dan Paciran). Selain itu juga

menyeragamkan penyelenggaran Musyran dan Musycab, serta mengesahkannya sebagai tindak lanjut dari usaha periode sebelumnya yang belum

tuntas. Sampai akhir periode ini Pimpinan Daerah Muhammadiyah memiliki 20 cabang, 4 calon cabang, 265 ranting, dengan jumlah anggota sebanyak

59.337 orang.
d. Meningkatkan mutu pimpinan dengan mengadakan pengajian pimpinan. Dalam acara ini sering mendatangkan pembicara dari Pimpinan Pusat

Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Selain itu juga secara intern mengadakan konsolidasi pimpinan harian (9 orang)

setiap dua minggu sekali, dan rapat gabungan yang terdiri dari seluruh pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan sekali dalam sebulan.
e. Memperluas wawasan ber-Muhammadiyah ke cabang-cabang dan ranting-ranting sedaerah Lamongan, seperti pada Bulan September dan Oktober 1994.
f. Merumuskan sistem penggalian dana, yaitu penggalian dana dilakukan secara intensif dan masuk dalam rencana anggaran tahunan yang diperoleh dari

segenap jajaran Amal Usaha Muhammadiyah, seperti Rumah Sakit, Balai pengobatan, Lembaga Pendidikan dan lain sebagainya.
g. Upaya kaderisasi memiliki tipe yang sama seperti pada periode KH. Abdurahman Syamsuri.
Tersebut di atas itulah diantara usaha penting periode K.H. Abdul Fatah dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja. Dengan demikian dapat dilihat adanya perkembangan yang selalu meningkat setiap periode. Dari gambaran-gambaran tersebut rasanya tidak salah, apabila empat periode itu digolongkan dalam tiga tahap, secara urut antara lain : tahap perintisan, konsolidasi, dan pengembangan










BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Selama masa perkembangan Muhammadiyah di Lamongan Dengan modal keikhlasan dan kerja keras segenap anggota disertai dukungan masyarakat luas Muhammadiyah tidak kenal lelah melaksanakan misi da’wah dan tajdid dalam memajukan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Gerakan kemajuan tersebut ditunjukkan dalam melakukan pembaruan pemahaman Islam, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, serta berperan dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa di negeri ini

























DAFTAR PUSTAKA


http://pdmlamongan.org/index.php?option=com_content&view=article&id=85&Itemid=93
(Ditulis oleh administrator) Selasa, 14 April 2009 19:15


http://pdmlamongan.org/index.php?option=com_content&view=article&id=84&Itemid=92
(Ditulis oleh administrator) Selasa, 14 April 2009 19:09

http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=578&Itemid=2